Kuburan biasanya menjadi tempat yang menakutkan, tapi di Asta Gumuk ini saya merasakan suatu kesenangan yang berbeda.
Asta Gumuk ini terletak di dusun Brambang, Kalianget – Sumenep. Tempatnya tidak terlalu jauh dari Keraton Sumenep.
Tulisan ini berdiri di atas bangunan berbatu bata putih khas pulau Madura.
Asta
Gumuk adalah tempat peristirahatan terakhir Kyai Ali. Beliau mempuyai
silsilah dari Syekh Maulana Sayyid Jakfar, As Sadik atau dikenal dengan
Sunan Kudus. Semasa hidupnya beliau merupakan ulama yang disegani dan
(konon katanya) beliau bahkan bisa membuat seekor kera mengaji.
Dari depan sebenarnya pemandangannya kurang menarik, makam-makam ini kurang teratur rasanya.
Namun
saat mulai menyentuh jalan panjang ini, rasanya WOW... Sampai saya
berulang-ulang memaki dalam hati “GILA ! BAGUS BANGET SIH !!!!”
Oya di samping jalan utama ada sebuah pompa air yang sudah tua sekali. Tampaknya sudah tidak bisa digunakan.
Masuk
ke dalamnya saya semakin kagum. Saya suka arsitektur makam ini. SUKA
SEKALI! Walaupun ada beberapa bagian yang roboh tapi saya gak bisa
berhenti untuk berdecak kagum. I mean... ini udah tua begini aja masih
punya daya tarik yang luar biasa, apalagi saat baru dibangun dulu...
Di desa Kalimo’ok, tepatnya sebelah
timur lapangan terbang Trunojoyo Sumenep terdapat kuburan/Asta K.Ali
Barangbang. Mengapa dikatakan Barangbang, sebagaimana biasanya di
MAdura peran kiyai selalu terkait dengan tempat dimana masyarakat yang
dipimpinnya tinggal. K. Ali Barangbang mempuyai silsilah dari Syekh
Maulana Sayyid Jakfar, As Sadik atau dikenal dengan Sunan Kudus yang
mempunyai keturunan Pang. Katandur yang mempunyai empat anak yaitu : K.
Hatib Padusan, K. Hatib Sendang, K. Hatib Rajul, K. Hatib Paranggan.
Dari Putra pertamanya diberi keturunan K. Ali Barangbang yang wafat
1092 H.
Semasa hidupnya K. Ali merupakan ulama besar dan
penyiar agama islam yang sangat disegani. Bahkan raja Sumenep juga
berguru kepadanya. Konon menurut sejarah K.Ali mempunyai kelebihan
diluar nalar, binatang (kera) di ajari berbicara bahkan sampai bisa
mengaji. Pada waktu pemerintahan Sumenep masih berbentuk kerajaan.
Seorang raja mempunyai anak, dititipkan k. Ali untuk belajar mengaji.
Ringkas cerita, pada saat belajar mengaji Putra Raja tersebut dipukul
oleh K. Ali. Setelah itu Putra Raja pulang dan mengadukan sikap K. Ali
pada ayahandanya. Raja sangat marah namun Raja tidak langsung menghukum
K. Ali. Raja memerintahkan prajurit untuk memanggil K. Ali dan
menanyakan alasan mengapa putranya dipukul. Tanpa rasa takut K. Ali
menjawab bahwa sebenarnya dia tidak berniat memukul putra raja
melainkan ingin mengusir kebodohan yang menemani putra raja. Mendengar
jawaban tersebut raja tersinggung putranya di anggap bodoh, dengan
marah kemudian raja memerintahkan hal yang sangat mustahil. Jika K Ali
memang bisa membuat orang pintar dengan memukul maka K. Ali boleh pulang
membawa kera dengan syarat harus bisa mengajarinya agar kera itu bisa
mengaji.
Ringkasnya
sang kera dibawa oleh K. Ali ke rumahnya. Setiap malam K. Ali mengajak
sang kera untuk memancing bersamanya, hingga suatu malam tepatnya
malam ke 39, K. Ali memberikan tali tambang yang terbuat dari sabut
kelapa kepada sang kera dengan cara mengikatkan pada jarinya lalu
dibakar. Sambil berkata K. Ali kepada kera : “Hai kera jika sampai pada
jarimu api itu dan terasa panas di tanganmu maka teriaklah dan katakan
panas…” saat itulah kera bisa berbicara dan akhirnya sang kera bisa
mengaji.
Tiba
saatnya sang kera untuk pulang ke keraton dan menunjukkan kemampuannya
mengaji. Di keraton K. Ali disambut raja dengan pertemuan besar
disaksikan oleh para punggawa kerajaan. Setelah semua berkumpul,
kemudian sang kera di beri Alquran. Betapa terkejutnya sang raja
beserta para punggawa yang hadir ketika melihat dan mendengar kera
mengaji dengan indah. Setelah selesai mengaji K. Ali melemparkan pisang
kepada kera dan berkata “Ilmu Kalah Sama Watak” yang dalam bahasa
maduranya “Elmo Kala ka Bebethe’”. Dan raja pun ikut bicara bahwa barangsiapa yang menuntut ilmu belum menginjak tanah Brangbang maka ilmunya tidak syah.
Begitulah
kisah cerita K. Ali yang rasanya sangat sulit di terima dengan akal
sehat dan itulah kelebihan K Ali. Kini Asta K. Ali Brangbang tidak
pernah sepi dari peziarah. Anda sudah pernah berkunjung kesana? Kalau
belum, maka cobalah..!!
anda mencuri foto-foto dari blog saya, bahkan kata-kata saya pun anda copy.
BalasHapushttp://stasiun-tinta.blogspot.com/2011/03/beauty-of-asta-gumuk-sumenep-madura.html
saya pertama kali membahas asta gumuk ini pada maret 2011. anda gak izin sama sekali ke saya. anda mau saya perkaran ke polisi? karena sebenarnya dengan bukti nyata ini saya bisa mengadukan anda ke polisi.